Sejarah
Jika menilik 1960an, untuk menjadi guru di Indonesia haruslah orang yang benar-benar cerdas dan menguasai pembelajaran. Tidak bisa sembarang orang menjadi guru. Benar-benar diisi SDM yang andal dan mumpuni.
Hal ini diceritakan Dr.(HC).Ir. Abdul Kadir Baraja, praktisi pendidikan asal Surabaya. Pada 1963, tokoh kelahiran 1945 ini mendaftar di Sekolah Guru Atas (SGA), sebuah sekolah setingkat SMA untuk mendidik calon-calon guru di Surabaya kala itu.
Saat itu, Abdul Kadir muda membawa ijazah dan raport SMP dan diberikan kepada kepala SGA. Setelah dicek kepsek, ternyata tidak memenuhi syarat untuk menjadi siswa SGA. Langsung ditolak tanpa tes. Dianggap kurang cerdas.
Namun hal sebaliknya ketika kemudian Abdul Kadir muda mendaftar SMAN 2 Surabaya, sekolah menengah atas terbaik saat itu. Dengan dokumen yang sama, ia langsung diterima tanpa dites.
Kini situasi itu terbalik. Nyaris jarang ada pemuda cerdas berminat menjadi guru. Yang banyak justru ingin menjadi insinyur, dokter, pilot atau programmer digital.
Kini profesi guru bukan lagi hasil seleksi ketat sebagaimana 1960an. Guru bukan lagi berasal dari SDM unggul di masyarakat, bahkan dianggap profesi tidak menjanjikan secara ekonomi.
Buktinya, masih banyak guru yang secara ekonomi tidak mapan, sehingga banyak terjebak pinjaman online (pinjol). Agaknya, lagu Guru Oemar Bakrie-nya Iwan Fals (rilis 1981) masih relevan hingga kini.
Profesi guru bukan lagi menjadi pilihan utama generasi muda. Prodi keguruan bukan lagi jurusan favorit dari para lulusan terbaik SMA. Lebih prihatin lagi, para orang tua pun enggan mendorong putra-putrinya untuk kuliah keguruan.
Ini menjadi ancaman masa depan bangsa. Karena kualitas pendidikan kita akan sangat rendah karena guru-guru yang tercetak bukanlah dari SDM yang unggul. Padahal kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh mutu gurunya.
Oleh karena itulah, Yayasan Guru Mulia Indonesia bergerak untuk menemukan pemuda-pemuda unggul untuk digembleng menjadi guru dan menyediakan penghasilan guru yang lebih baik dari profesi-profesi lain yang difavoritkan publik.
Tujuan utama
1 Mengembalikan pemuda cerdas menjadi guru
2 Memberi gaji guru lebih baik dari gaji karyawan BUMN terkemuka