Hardiknas 2025 menjadi peringatan Hari Pendidikan ke-66. Tanggal 2 Mei diperingati menjadi Hari Pendidikan Nasional sejak 1959. Melalui Keputusan Presiden nomor 316 tahun 1959, pemerintah menetapkan tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 dan wafat 26 April 1959. Ki Hajar mendirikan Taman Siswa pada 1922, lembaga pendidikan yang terbuka bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa memandang status sosial. Karena saat itu, yang bisa sekolah hanya para priyayi dan warga keturunan Eropa.
Hardiknas 2025, Inspirasi Terbaik dari Ki Hajar
Selain sebagai pendidik, sejatinya Ki Hajar adalah seorang bangsawan Jawa yang aktif sebagai penulis dan wartawan di surat kabar pada zamannya. Di antara tulisannya yang menginspirasi berupa bait syair Jawa.
Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani
‘Yang di depan memberi contoh, yang di tengah memberi semangat, yang di belakang memberi dorongan.’ Semboyan ini kuat dianut di Taman Siswa. Kemudian, tut wuri handayani diadopsi Kementerian Pengajaran (Kemendiknas saat itu).
Dari spirit ini, para pendidik negeri dituntut untuk menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya. Hanya guru dan kepala sekolah (KS) yang berakhlak mulia saja yang mampu memberi teladan yang baik. Ini harus menjadi pegangan para pendidik pada momen Hardiknas 2025 ini.
Maka, niat utama menjadi guru/KS harusnya ikhlas berbuat baik sehingga pantas dicontoh anak-anak didiknya. Dan akhlak mulia itu bukan hanya di lisan, namun ada pada sikap dan kebiasaan sehari-hari.
Baca juga: Mengapa Guru Harus Cerdas dan Bermoral?
Geger, Kepsek Selewengkan Miliaran Dana BOS
Hari-hari ini dunia pendidikan sedang diselimuti kabar memprihatinkan. Masih banyak tindakan amoral dari para pendidik. Tindakan yang tidak seharusnya dilakukan para guru/KS.
Akhir April 2025 ini, dunia pendidikan nasional dikejutkan megakorupsi dana BOS Rp 25 Miliar oleh seorang KS swasta di Ponorogo, Jawa Timur. Kabarnya, tersangka melakukan penyalahgunaan ini sejak 2019.
Padahal dana BOS dialokasikan untuk memajukan pendidikan setempat dan merangsang prestasi siswa-siswi. Agar lulusan pendidikan Indonesia makin baik dari waktu ke waktu.
Kasus ini membuatb geger bangsa ini. Betapa kemuliaan guru menjadi hancur di mata publik. Padahal guru/KS adalah sosok yang harusnya bermoral tinggi dan memberi teladan yang baik.
Baca Juga: Guru Harus Bagus Karena Warna Bangsa = Warna Guru
Sekretaris YGMI: Harusnya Pendidik Itu Niatnya Mulia
Menyikapi berita ini, Dr. Edy Kuntjoro, M.Pd, Sekretaris Yayasan Guru Mulia Indonesia, bahwa praktik penyalahgunaan dan BOS seperti ini ibarat seperti fenomena gunung es. Yang tampak tidak begitu menonjol, namun di arus bawah praktik menyimpang ini sudah jamak di kalangan KS dan pengelola sekolah, baik sekolah negeri maupun swasta.
Ustadz Edy, begitu ia biasa disapa ketika masih menjabat KS di SMA di Yayasan Al Hikmah Surabaya, menegaskan bahwa para guru dan KS harus melakukan eveluasi diri secara tulus.
“Kita ini pendidik, bukan hanya bekerja cari uang. Niat kita harus lurus dan mulia. Jangan sampai niat suci itu dikotori dengan praktik khianat seperti itu,” tegas Juara I Kepala Sekolah Berprestasi Jawa Timur 2011 itu.
Ustadz Edy menilai, masih banyak guru dan KS yang berprofesi hanya sebatas kerja, bukan misi mulia: mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana amanat pendiri NKRI dalam Pembukaan UUD 1945.
Ranking PISA Indonesia masih papan bawah dari 86 negara. Kita kalah jauh dari tetangga kita seperti Singapura dan Vietnam.
Kita masih kekurangan guru terampil dan amanah. Terampil dalam mengembangkan siswa dan amanah dalam akhlak sehari-hari. Hardiknas 2025 ini menjadi momen penting muhasabah negeri ini, di bidang pendidikan.
Baca juga: Negara Kuat Dimulai Dari Kualitas Guru, Pelajaran Dari Singapura
Hardiknas 2025, Doa Guru Yang Ikhlas Bisa Menembus Langit
“Kalau hanya niatnya bekerja, kita sering tergiur mencari uang sebanyak-banyaknya tanpa menilai halal haram. Yang penting dapat uang, titik. Sering kali caranya tidak amanah. Dana BOS sering jadi target untuk menambah penghasilan pribadi KS dengan membuat laporan yang telah dimodifikasi sedemikian rupa,” ungkap Anggota Dewan Pendidikan Kota Surabaya 2014-2019 itu.
Maka, niat dalam hati untuk mendidik dan mencerdaskan bangsa menjadi syarat mutlak bagi para guru/KS jika ingin beroleh pahala dari Tuhan.
“Dengan hati yang ikhlas itu, doa-doa guru dan kepsek akan tembus ke langit dan berdampak positif pada anak-anak didiknya,” pungkas Ustadz Edy.
Baca juga: Kecukupan Guru Yang Ahli Adalah Kebutuhan Pokok
Foto: pixabay